Rabu, 02 Mei 2012

Surat Cinta Dari Kairo_resensi


Judul                          : Surat Cinta Dari Kairo
Penulis                        : Luna Syahrazade
Penerbit                      : Sadasiva
Kota Terbit                : Yogyakarta 
Tahun Terbit             : 2006
Cetakan                      : Ke-1
Deskripsi Fisik           : 356 hlm.; 18 cm.
ISBN                           : 979-98637-6-8

           
Sebuah kisah yang dituliskan oleh Luna Syahrazade, dimana nama itu dihadirkan kembali dalam kisahnya di Surat Cinta Dari Kairo. Novel ini berisikan sebuah kisah cinta yang tak mengenal kat menyerah dari apapun. Cinta adalah segala-galanya, lebih kuat dari hidup dan lebih dahsyat dari kematian. Menghadirkan tentang kisah kasih sepasang manusia, Luna dan Nuh, yang mendebarkan, romantis, inspiratif, dan penuh dengan keharuan.
            Sosok Luna dalam novel ini digambarkan sebagai pribadi yang periang, cerdas, humoris, dan apa adanya. Luna disibukkan oleh pekerjaannya mengurus café peninggalan mantan suaminya. Sementara, Nuh sebagai pimpinan sebuah perpustakaan yang letaknya tidak begitu jauh dari café milik Luna. Kisah ini dimulai dari pertemuan mereka berdua di café milik Luna yang. Pada saat itu Nuh belum mengetahui bahwa café yang didatanginya adalah milik Luna, begitu juga dengan Luna tidak mengetahui bahwa Nuh menjadi pimpinan perpustakaan yang berada tidak jauh dari cafénya. Mereka lalu berkenalan dan pada akhirnya mereka menjalin cinta. Namun perjalanan cinta mereka tidaklah semudah seperti yang dibayangkan. Pasangan kekasih ini dihadapakan dengan berbagai persoalan yang berkecamuk diatas hubungan mereka. Mulai dari masalah kepribadian, sikap atau gaya hidup masing-masing pribadi, pemahaman akan sebuah kata cinta, kenangan masa lalu, tradisi serta keluarga, hingga banyangan akan masa depan.
            Persoalan yang paling pelik datang ketika seorang Luna harus menghadap Umi Latifah yang tidak lain adalah Ibunda Nuh setelah sebelumnya Nuh berkirim surat yang menyampaikan permasalahn tradisi keluarganya. Secara tegas Umi Latifah menolak hubungan mereka berdua, lantaran Luna yang masih terbilang muda adalah seorang janda. Serta keluarga Nuh memiliki tradisi yang berbeda dengan keluarga Luna. Ibunda Nuh beranggapan bahwa hubungan mereka akan sia-sia saja dan mustahil saja keduanya akan menjalin hubungan hingga ke mahligai pernikahan.
Akhirnya Nuh meninggalkan Luna demi kehormatan keluarganya untuk melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar Kairo, tempat dimana ayahanda Luna, Abu Syahrazade bekerja sebagai dosen di sana. Nuh meninggalkan semuanya di tengah-tengah kepelikan yang meremukkan hatinya, ia dihadapakan dengan dua pilihan antara Luna perempuan yang sangat dikasihinya dan keluarganya yang kukuh memepertahankan tradisi dalam menjalin sebuah hubungan. Tiga bulan setelah kepergian Nuh ke Kairo datanglah sebuah surat yang ditujukan untuk kekasih hatinya Luna Syahrazade. Setelah menerima itu, Luna merasakan jauh lebih baik hidupnya. Kepergian Nuh ke Kairo membawa kebaikan dan kelegaan begitu besar bagi Luna, banyangan Luna mengenai masa depan juga ia ubah setelah membaca surat – sebuah surat cinta dari Kairo.
Itu semua hanyalah sepenggal kisah yang ada dalam novel ini, ketika kita mencoba membacanya lebih lanjut, sungguh banyak teka-teki dari setiap kata yang ditorehkan oleh penulis. Teka-teki inilah yang yang senantiasa membayangi pembaca dalam memahami makna cinta yang sesungguhnya. Novel ini ditujukan bagi para remaja yang tengah mencari jati dirinya. Akan terasa penuh haru ketika membaca novel ini dan sarat dengan inspirasi bagi pembacanya. Seperti halnya dengan novel dengan tema lainnya, novel ini juga menghadirkan sisi romantis dari pelakunya, Luna dan Nuh. Materi dan penyampaiannya dalam novel ini cukup baik, namun terkadang pembaca susah mencerna dari kata-kata tersebut, namun disinilah letak kekuatan novel Surat Cinta Dari Kairo ini. Jika mencintai cinta, kita hanya harus terus bertahan, dari segala apa, dari yang bukan apa-apa.

Riani_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar