Minggu, 20 Mei 2012

Bunga Cantik di Balik Salju_resensi



Judul                           : Bunga Cantik di Balik Salju
Penulis                        : T. Andar
Penerbit                      : DIVA Press
Kota Terbit                : Yogyakarta
Tahun Terbit              : 2011
Cetakan                      : Ke-1
Deskripsi Fisik           : 458 hlm.; 19,5cm.
ISBN                           : 978-602-978-667-5

“Dandelion adalah bunga liar yang kuat. Bahkan, saat tumbuhan lainnya mati, dandelion tetap hidup, menahun. Dandelion bisa hidup di mana saja asalkan ada sinar matahari. Di sela-sela batu, di dekat rel kereta api, ataupun di retakan-retakan trotoar pun ia bisa hidup. Dan, aku pun ingin seperti itu. Hidup bersama dandelion.”

            Inilah sebuah novel yang begitu menggugah, novel yang akan mengajarkan kalian semua akan apa arti tegar, kuat, mandiri, dan cantik yang sebenarnya. Novel besutan T. Andar ini menceritakan kehidupan seorang Maulana Andara Restu. Kehidupannya bersama ‘anak’ nya Denniz, teman-teman kerja, serta dengan keluarganya.
            Di usia yang masih sangat belia, 19 tahun, Lana begitu sapaannya telah memutuskan untuk mengasuh Denniz, yang tidak lain dan bukan adalah anak dari sahabatnya sendiri Emi. Denniz adalah buah pernikahan dari sahabatnya Emi dan Brian, namun sahabatnya itu meninggal sewaktu melahirkan. Sedangkan ayahnya Brian, tidak mau mengakui anaknya pada saat itu. Ketika Lana mulai mengasuh Denniz, mulailah pula terjadi pertentangan dari keluarga Lana. Jelas mereka menentang keputasan anaknya untuk mengasuh bayi ketika umurnya masih belia, walau akhirnya mereka menerima Denniz bahkan membantu dalam merawatnya. 
            Memang hidup yang berat bagi Lana. Di usianya yang ke-25 tahun, dia memutuskan untuk tinggal berpisah dengan orang tuanya. Lana membiayai sendiri kehidupannya bersama Denniz dengan bekerja sebagai staf pengajar pada sebuah lembaga pendidikan asing. Di sanalah Lana menemukan keluarga keduanya setelah dirumah. Setiap harinya Lana disibukkan dengan mengajar dan ketika siang menjemput Denniz sekolah.
            Memiliki Denniz selama 6 tahun membuat Lana kebal saat orang-orang menatapnya dengan tatapan kagum, iba, sinis, dan seraya berkata ‘jijik’ ketika Denniz memanggil Lana dengan sebutan “mama”. Keadaaan ini tidak membuatnya mengubah apa pun yang telah dijalaninya, dia tetap mencintai Denniz yang mulai tumbuh menjadi pangeran cilik cerdas berambut keriting. Lana beranggapan keputusannya untuk mempertahankan Denniz adalah keputusan terhebatnya. Bahkan, hingga saking cintanya kepada Denniz, Lana mengabaikan kesenagan pribadinya serta kebutuhannya, termasuk kebutuhan akan seorang laki-laki yang akan menemani kehidupannya kelak. Keluarganya mulai resah dengan keadaan Lana yang belum juga menemukan jodohnya. Di akhir ceitanya Lana menemukan jodoh seorang arsitek, yang tidak lain adalah tetangga rumahnya. Dhimas, laki-laki keren dan pujaan para junior di kantornya. Sosok arsitek ini masuk dalam kehidupan Lana ketika ia dihantui oleh perasaan takut Denniz akan diambil ayahnya Brian yang kini mulai mencintainya.
            Sungguh sebuah bacaan yang sangat inspiratif yang baik dinikmati oleh para muda bahkan seorang ibu. Karena, novel ini memberikan win-win solution yang dapat dipraktekkan di rumah ketika menghadapi sang anak, yang tentu saja berasal dari Lana yang notabenenya belum pernah memiliki anak.
            Novel ini memiliki materi dan bahasa penyampaian yang baik, dimana bahasanya mudah dipahami. Terdapat vocab baru yang dapat memperkaya kosa kata kita, tetapi terkadang pemilahan katanya kurang familiar bagi kita. Pada bagian yang dianggap key disetiap babnya akan ditulis kembali dalam kotak tersendiri. Ini dimaksudkan untuk memepermudah pembaca untuk mengatahui pokok cerita disetiap babnya. Seperti halnya novel-novel inspiratif lainnya selalu menyajikan cerita yang mengalir begitu saja, mengalir hingga lubuk hati pembaca yang paling dalam.

Riani_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar