Selasa, 07 Juni 2016

MENJADI PUSTAKAWAN SEKOLAH ITU PILIHAN ATAUKAH TAKDIR?



MENJADI PUSTAKAWAN SEKOLAH ITU
PILIHAN ATAUKAH TAKDIR?


Sumber Gambar: http://bit.ly/1X8V1fF
      Berpikir untuk bekerja menjadi pustakawan di suatu sekolahan mungkin jarang yang terlintas di benak mahasiswa Ilmu Perpustakaan. Mungkin hal ini terlihat pada saat mahasiswa mengambil mata kuliah pilihan, perpustakaan digitial atau manajemen perpustakaan sekolah hhhe. Namun, pada saat itu saya memutuskan untuk mengambil mata kuliah manajemen perpustakaan sekolah dengan alasan untuk mempelajari terkait perpustakaan digital kita dapat belajar secara otodidak (walaupun kenyataannya susah juga hohoho).
        Singkat cerita setelah satu semesater mengikuti perkuliahan manajamen perpustakaan sekolah selama satu semester, hasrat untuk mengamalkan ilmu di perpustakaan sekolaha pun muncul. Bagaimana tidak, selama perkuliahan kami diajarkan berbagai hal terkait pelaksanaan perpustakan sekolah, mulai dari manajemennya, bagaimana cara story telling, English for children, dan mata kuliah lainnya. Saat itu juga seperti berjanji pada diri sendiri bawasannya setelah sidang, saya harus beraktifitas dimanapun tempatnya, cuma pada saat itu saya berharapnya bisa mengamalknan ilmu di perpustakaan sekolah. Yaa, benar saja November 2014 sebelum wisuda saya diminta untuk menggantikan kakak tingkat saya di SDN Madusari 1. Sounds Good.
        Pada saat itu saya selama dua bulan pagi hari hingga siang saya beraktifitas di sekolahan dan siang hingga malamnya saya beraktifitas di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Karena pada saat itu saya juga masih berstatus mahasiswa parttime di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Luar biasanya rasanya ketika pertama kali datang dan beraktifitas di perpustakaan sekolah. Satu yang akan terus berkesan, menjadi pustakawan sekolah itu memang harus multitasking. Bagaimana tidak, kita dituntut mampu melakukan segala aktifitas. Memimjam istilah Jawa, pustakawan sekolah itu harus mrantasi. Yaa, selain kita harus mampu mengerjakan tugas pokok kita, kita juga diharuskan melakukan kegiatan lainnya, contohnya jadi cleaning service, kuli angkut (buku), dan lainnya.
        Terasa berat iya, gaji yang minim memang iya, kerjanya kaya kuli (di awal) iya. Namun, kembali lagi, kita sebagai lulusan ilmu perpustakaan harus memikirkan juga bagaimanan nasib peprustakaan sekolah. Apalagi perpustakaan SD, dimana SD menjadi tempat pendidikan yang paling dasar. Bantuan fisik banyak diberikan, namun tidak berbanding lurus dengan SDM yang ada. Kembali lagi ke awal, Tri Dharma Perguruan Tinggi salah satunya manyatakan tentang pengabdian masyarakat. Sudah saatnya kita (lulusan Ilmu Perpustakaan) mampu mengabdi di masyarakat, di segala lapisan. Menjadi pustakawan sekolah itu pilihan, bukan merupakan takdir karena tidak diterima kerja di tempat lain. Beraktifitas menjadi pustakawan sekolah berarti keilmuwan kita memang benar-benar di uji. Hal ini mungkin terdengar sangat idealis, namun jika bukan kita (alumni jurusan Ilmu Perpustakaan), siapa lagi yang akan memperhatikan nasib perpustakaan sekolah?
_Riani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar